Tuesday, December 30, 2008

Dibalik Serangan Israel Terhadap Gaza

Analisa Serangan Israel terhadap Gaza
"Mereka (muslim) mendiami wilayah yang luas dan sumber daya alam yang
kaya. Mereka mendominasi lalu lintas perjalanan dunia. Tanah mereka
adalah pusat peradaban dan agama. Mereka memiliki satu keyakinan, satu
bahasa, satu sejarah dan satu aspirasi. Tidak ada batas alam yang
mampu memisahkan mereka, satu dari lainnya..kalau saja, bangsa mereka
bisa tersatukan dalam satu negara, ia akan menggenggam nasib dunia dan
memisahkan Eropa dari belahan dunia lainnya. Mengingat betapa
pentingnya masalah ini, entitas asing perlu ditancapkan di jantung
mereka agar mereka tidak akan pernah bisa bersatu dan menghabiskan
energi mereka dalam peperangan yang tidak berkesudahan. Entitas itu
juga bisa menjadi alat bagi Barat untuk mendapatkan apa yang sangat
dia idam-idamkan." (Perdana Menteri Henry Bannerman dalam Laporan
Campbell-Bannerman terbit di tahun 1907)
Israel sang negara teroris sekali lagi membantai muslim di Gaza,
padahal pejabat Israel telah membocorkan informasi tentang akan adanya
serangan sejak dua minggu lalu dimana tidak akan ada siapapun yang
selamat. Bahkan pejabat Israel juga menyebutkan bahwa Israel menunggu
cuaca yang baik agar bisa membantai dengan baik. Pada Sabtu pagi
tanggal 27 Desember di tengah hiruk pikuk kesibukan, pembantaian di mulai.
Gelombang serangan pertama terjadi secara terkoordinasi dalam tempo 3
menit dengan melibatkan 60 jet F-16 menyerang 50 titik target
infrastruktur Gaza yang masih tersisa. Gelombang kedua menghancurkan
markas HAMAS (perlu diingat bahwa markas tersebut terletak di tengah
populasi warga sipil). Dalam satu jam serangan pertama, 155 korban
tewas dan jenazah korban terus berdatangan dan memenuhi rumah sakit.
Dengan terbenamnya matahari di Gaza, Israel akan meneruskan
serangannya sepanjang malam. Dengan laju serangan seperti ini, Israel
akan segera kehabisan target dan Gaza pun akan jatuh. Tank-tank Israel
sudah disiagakan dan mengepung Gaza, dan bersiap untuk memasukinya.
Pejabat Israel berulang kali mengatakan bahwa serangan ini hanyalah
pembukaan, yang dikonfirmasi oleh pernyataan Menteri Pertahanan
Israel,' saat untuk menyerang Gaza telah tiba dan operasi ini tidak
akan berlangsung sebentar, operasi akan jauh lebih dalam dan luas
apabila diperlukan."
Israel membenarkan aksinya sebagai tanggapan terhadap tingkat serangan
roket terhadap wilayahnya yang diluncurkan dari Gaza. Menlu Israel
Tzipi Livni membela serangan udara ini dengan berkata dalam siaran
TV," Israel tidak punya pilihan. Kami melakukan apa yang kami harus
lakukan untuk melindungi warga kami." Israel menuduh HAMAS, yang
memenangkan pemilu 18 bulan lalu dan didukung oleh Iran, sebagai pihak
yang bertanggungjawab terhadap serangan roket ini.
Israel memang selalu mengkambinghitamkan HAMAS sebagai kelompok Islam
radikal yang bertujuan menghapus Israel, padahal Israel telah
memblokade Gaza sejak lama. Secara rutin, Israel menutup jalur
penyeberangan perbatasan menuju Gaza, yang berakibat pada kelaparan
massal. Dalam sebulan terakhir, penyeberangan menuju ke Gaza dibuka
selama 5 hari saja. Perwakilan PBB untuk Gaza menggambarkan situasi
yang menyedihkan sebagai berikut," Tiap hari adalah perjuangan untuk
tetap bertahan hidup. Warga benar-benar kelaparan. Semua serba
kekurangan, termasuk makanan yang sempat habis selama dua hari, dan
fakta yang semakin memburuk yang bisa berakhir kepada kepahitan… kami
berusaha keras mencari alasan untuk memiliki harapan yang realistis."
Politik
Tanggapan dunia pun sudah bisa diduga. Israel tetap menjadi anak
favorit bagi Barat. PM Inggris Gordon Brown dalam wawancara dengan BBC
mengatakan bahwa ia 'sangat prihatin' dan mengatakan bahwa milisi
Palestina harus menghentikan serangan roket terhadap Israel, meskipun
Palestina adalah pihak yang diserang dan Muslim dibantai.
Tanggapan penguasa muslim, yang selama ini tidak peduli terhadap
jatuhnya korban muslim pun tidak bicara banyak. Mesir yang memiliki
batas dengan jalur Gaza telah melakukan pembicaraan dengan Menlu
Israel Tzipi Livni mengenai gencatan senjata. Hasilnya, Hamas menolak
gencatan senjata selama Gaza masih diblokade Israel. Hubungan Mesir
dengan Gaza pun memburuk. Telah diketahui bahwa Mesir marah besar
ketika Hamas menolak berbicara dengan Fatah bulan lalu yang sedianya
dijadwalkan berlangsung di Mesir. Media Arab pun melaporkan bahwa
Hosni Mubarak juga menuduh Hamas telah melakukan kesalahan besar
ketika menolak adanya gencatan senjata. Harian Al Quds Al Arabi yang
berpusat di London juga melaporkan bahwa Mesir tidak akan memprotes
serangan Israel, yang bertujuan untuk menjatuhkan pemerintahan Hamas
di Gaza. Di samping itu keberadaan Tzipi Livni di ibukota Mesir adalah
suatu peristiwa yang tidak biasa karena umumnya Hosni Mubarak menemui
pejabat Israel di kawasan wisata Sharm el-Sheikh.
Dalam wawancara dengan Al-Jazeera, Azzam Tamimi, direktur Institut
Pemikiran Politik Islam (Institute of Islamic Political Thought) dan
pakar masalah Palestina, menggambarkan pengamatannya sebagai berikut,
" Saya duga operasi militer ini tidak hanya terbatas tapi juga
berusaha untuk mengganti penguasa di Gaza, kalau tidak, kenapa Israel
juga mentargetkan jajaran kepolisian? Yang menembakkan roket di Israel
bukanlah para polisi dan polisi bertugas untuk menjaga keamanan di
Gaza. Operasi ini ditujukan untuk menciptakan kekacauan dan
kemungkinan besar Mesir dan Ramallah berkolusi dalam hal ini. Tidak
mungkin berani Israel melancarkan serangan dalam skala sebesar ini
tanpa adanya ijin dari kalangan tertentu, seperti Amerika, Eropa, dan
juga Mesir dan Ramallah."
Israel menggunakan muslim sebagai pion
Situasi politik domestik Israel jauh dari kestabilan selama setahun
terakhir ini dan situasi tersebut adalah latar belakang serangan
oportunis Israel terhadap Gaza. Sejak konflik Israel vs Lebanon pada
tahun 2006, dimana Israel sendiri mengakui kekalahannya, Perdana
Menteri Israel Ehud Olmert dan kabinetnya telah dipermalukan. Tidak
hanya kekalahan Lebanon, pemerintahan pimpinan Olmert juga tercemar
dengan berbagai skandal yang menyebabkan tekanan publik yang berakhir
pada turunnya Olmert sebagai ketua partai Kadima. Penggantinya, Tzipi
Livni sejauh ini gagal untuk menyatukan koalisi yang memimpin
pemerintahan Israel dan terpaksa melaksanakan Pemilu yang dijadwalkan
pada bulan Februari 2009. Livni juga tidak dalam posisi untuk
memenangkan Pemilu dalam bersaing melawan Benjamin Netanyahu dari
Partai Likud. Dalam janji politiknya, Netanyahu menyatakan akan
menumbangkan pemerintahan Hamas.
Survei yang diambil pada detik-detik dimulainya penyerangan oleh
Israel menunjukkan bahwa partai Kadima mulai lebih populer. Hal ini
menunjukkan bahwa pemilihan waktu penyerangan diatur sehingga
popularitas Kadima bisa terangkat pada Pemilu yang sebentar lagi akan
digelar. Kesibukan AS dalam persiapan prosesi peralihan pemerintahan
dari Presiden Bush ke Presiden terpilih Obama, juga memberikan Israel
kesempatan emas ketika AS sendiri masih disibukkan oleh penggantian
kekuasaan.
Kesimpulan
Sekali lagi Israel menunjukkan bahwa ia tidak menghargai kehidupan
muslim ketika ia membantai muslim di Gaza setelah ia memblokadenya dan
membuatnya kelaparan berbulan-bulan agar ia bisa memenangkan Pemilu.
Di lain pihak, peristiwa tragis ini juga membongkar kedok para
penguasa muslim yang ternyata tidak memiliki tulang punggung
keberanian dalam membela jiwa dan kehormatan umat. Mereka lupa
kata-kata Rasulullah saaw ketika berdiri di samping Ka'bah," Darah
seorang muslim lebih berharga ketimbang Ka'bah dan sekelilingnya."
Selama bertahun-tahun, Saudi Arabia adalah konsumen peralatan militer
terbesar di dunia namun itu semua tidak terpakai padahal muslim
dianiaya tidak jauh darinya. Perlu diingat bahwa pamor kekuatan
militer Israel musnah di tahun 2006 ketika Hezbollah secara efektif
mampu mempercundangi Israel. Dalam laporan komisi penyelidik Israel
disebutkan banyak kegagalan dan penyebab kekalahan dimana terlihat
bahwa militer Israel tidak mampu menghadapi serangan gerilya dan tidak
diciptakan untuk melakukan serangan darat. Hal ini terlihat dalam
konflik 2006, dimana sekelompok paramiliter muslim dengan iman kepada
ALLAH mampu menahan kekuatan militer yang didukung suatu pemerintah.
Serbuan darat yang dilakukan Israel setelah 30 tahun ternyata gagal
total, terbongkarlah kelemahannya, dan hancurlah pamornya.
Pasukan dari penjuru manapun di Dunia Islam mampu menghentikan
pembantaian Palestina. Pasukan dunia Arab harus bertindak, bersatu,
dan memenuhi tanggungjawab mereka di hadapan ALLAH dalam melindungi
nyawa muslim di Palestina.
Ini bukan saatnya lagi untuk pertemuan, rapat, dan gencatan senjata.
Israel sekali lagi telah menumpahkan darah Muslim dan ALLAH telah
menentukan Jihad sebagai solusi terhadap tindakan pengecut seperti
sekarang. Hanya dengan pembentukan Khilafah, pasukan muslim akan bebas
berderap kembali dan berjihad di Palestina, dimana Kalimatullah akan
kembali menjadi tinggi.
Semua anggota pasukan muslim harus mencerna firman ALLAH azza wa jall:
Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak turut berperang)
yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan
Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang
yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk
satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala
yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas
orang yang duduk dengan pahala yang besar, (QS An Nisa : 95)

Sumber : www.Tauziyah@yahoogroup.com

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

The iRreVersible : Don't let your voice echoes only in your backyard. "In matters of style, swim with the current; in matters of principles, stand like a rock."