Monday, December 22, 2008

Cinta Sejati Seorang Ibu Terhadap Anaknya

Taken from mutiara hikmah www.pesantrenonline.com.

Cinta Sejati Seorang Ibu Terhadap Anaknya

Wanita itu sudah tua, namun semangat perjuangannya tetap menyala seperti
wanita yang masih muda. Setiap tutur kata yang dikeluarkannya selalu menjadi
pendorong orang disekitarnya. Maklumlah, ia memang seorang penyair dua
zaman, dia pandai bersyair. Al-Khansa bin Amru, demikianlah nama wanita itu.
Dia merupakan wanita yang terkenal cantik dan pandai di kalangan orang Arab.
Dia pernah bersyair mengenang kematian saudaranya yang bernama Sakhr :


"Setiap mega terbit, dia mengingatkan aku pada Sakhr, malang.
Aku pula masih teringatkan dia setiap mega hilang di ufuk barat.
Kalaulah tidak karena terlalu ramai orang menangis di sampingku ke atas
mayat-mayat mereka, niscaya aku bunuh diriku."

Setelah Khansa memeluk Islam, keberanian dan kepandaiannya bersyair telah
digunakan untuk menyemarakkan semangat para pejuang Islam. Ia mempunyai
empat orang putera yang kesemuanya diberi ilmu bersyair dan dididik berjuang
dengan berani. Kemudian puteranya itu telah diserahkan untuk berjuang demi
kemenangan dan kepentingan Islam. Khansa telah mendidik anaknya sejak kecil
agar jangan takut menghadapi peperangan.

Pada tahun 14 Hijriyah, Khalifah Umar Ibnul Khattab menyediakan satu pasukan
tempur untuk menentang Farsi. Semua Islam dari berbagai kabilah telah
dikerahkan untuk menuju ke medan perang, maka terkumpullah sebanyak 41.000
orang tentara. Khansa telah mengerahkan keempat puteranya agar ikut
mengangkat senjata dalam perang suci itu. Khansa sendiri juga ikut ke medan
perang dalam kumpulan pasukan wanita yang bertugas merawat dan menaikkan
semangat pejuan tentara Islam.

Dengarlah nasihat Khansa kepada putera-puteranya yang sebentar lagi akan ke
medan perang, "Wahai anak-anakku! Kamu telah memilih Islam dengan rela hati.
Kemudian kamu berhijrah dengan sukarela pula. Demi Allah, yang tiada tuhan
selain Dia, sesungguhnya kamu sekalian adalah putera-putera dari seorang
lelaki dan seorang wanita. Aku tidak pernah mengkhianati ayahmu, aku tidak
pernah memburuk-burukkan saudara-saudaramu, aku tidak pernah merendahkan
keturunan kamu, dan aku tidak pernah mengubah perhubungan kamu. Kamu telah
tahu pahala yang disediakan oleh Allah kepada kaum muslimin dalam memerangi
kaum kafir itu. Ketahuilah bahwasaya kampung yang kekal itu lebih baik
daripada kampung yang binasa."

Kemudian Khansa membacakan satu ayat dari surah Ali Imran yang artinya,
"Wahai orang yang beriman! Sabarlah, dan sempurnakanlah kesabaran itu, dan
teguhkanlah kedudukan kamu, dan patuhlah kepada Allah, mudah-mudahan menjadi
orang yang beruntung." Putera-putera Khansa tertunduk khusyuk mendengar
nasihat ibu yang disayanginya.

Selanjutnya Khansa berkata, "Jika kalian bangun esok pagi, insya Allah dalam
keadaan selamat, maka keluarlah untuk berperang dengan musuh kamu.
Gunakanlah semua pengalamanmu dan mohonlah pertolongan dari Allah. Jika kamu
melihat api pertempuran semakin hebat dan kamu dikelilingi oleh api
peperangan yang sedang bergejolak, masuklah kamu ke dalamnya. Dan
dapatkanlah puncaknya ketika terjadi pertempurannya, semoga kamu akan
berjaya mendapat balasan di kampung yang abadi, dan tempat tinggal yang
kekal."

Subuh besoknya semua tentara Islam sudah berada di tikar sembahyang
masing-masing untuk mengerjakan perintah Allah yaitu shalat Subuh, kemudian
berdoa semoga Allah memberikan mereka kemenangan atau syurga. Kemudian Saad
bin Abi Waqas panglima besar Islam telah memberikan arahan agar
bersiap-siap. Perang satu lawan satu pun berlangsung dua hari. Pada hari
ketiga dimulailah pertempuran besar-besaran. 41.000 orang tentara Islam
melawan tentara Farsi yang berjumlah 200.000 orang. Pasukan Islam mendapat
perlawanan hebat, namun mereka tetap yakin akan pertolongan Allah.

Putera-putera Khansa maju untuk merebut kesempatan memasuki syurga. Berkat
dorongan dan nasihat dari ibunya, mereka tidak sedikit pun merasa takut.
Sambil mengacung-acungkan pedang, salah seorang dari mereka bersyair, "Hai
saudara-saudaraku! Ibu tua kita yang banyak pengalaman itu, telah memanggil
kita semalam dan memberikan nasihat. Semua mutiara yang keluar dari mulutnya
bermakna dan bermanfaat. Insya Allah akan kita buktikan sebentar lagi."

Kemudian ia maju menghadang setiap musuh yang datang. Seterusnya disusul
pula oleh anak kedua maju dan menghadang setiap musuh. Dengan semangat yang
berapi-api ia bersyair, "Demi Allah! Kami tidak akan melanggar nasihat dari
ibu kami. Nasihatnya wajib ditaati dengan ikhlas dan rela hati Segeralah
bertempur, segeralah bertarung dan menggempur musuh-musuh bersama-sama
Sehingga kau lihat keluarga Kaisar musnah."

Anak Khansa yang ketiga pun segera melompat dengan beraninya dan bersyair,
"Sungguh ibu kami kuat keinginannya, tetap tegas tidak goyah. Beliau telah
mengingatkan kita agar bertindak cakap dan berakal cemerlang. Itulah nasihat
seorang ibu terhadap anak-anaknya. Mari! segera memasuki medan tempur dan
segeralah untuk mempertahankan diri. Dapatkan kemenangan yang bakal membawa
kegembiraan di dalam hati. Atau tempuhlah kematian yang bakal mewarisi
kehidupan yang abadi."

Terakhir anak keempat menghunus pedang dan melompat menyusul kakak-kakaknya
untuk memberikan semangatnya ia pun bersyair, "Bukanlah aku putera Khansa',
bukanlah aku anak laki-laki. Dan bukanlah pula karena 'Amru yang pujiannya
sudah lama terkenal. Kalau aku tidak membuat tentara asing yang
berkelompok-kelompok itu terjungkal ke jurang bahaya, dan musnah musuh oleh
senjataku."

Bertempurlah keempat putera Khansa dengan tekad yang bulat untuk mendapatkan
syurga diiringi oleh doa munajat ibunya yang berada di garis belakang.
Pertempuran semakin hebat. tentara Islam pada mulanya kebingungan dan kacau
karena pada mulanya tentara Farsi menggunakan tentara bergajah di barisan
depan, sementara tentara berjalan kaki berlindung di belakang gajah itu.
Namun tentara Islam dapat mencederai gajah-gajah itu dengan memanah mata dan
bagian tubuh lainnya. Gajah yang cedera itu marah dengan menghempaskan tuan
yang menungganginya, menginjak-nginjak tentara Farsi yang lainnya.
Kesempatan ini digunakan oleh pihak Islam untuk memusnahkan mereka. Panglima
perang bermahkota Farsi dapat dipenggal kepalanya, akhirnya mereka lari
tunggang-langgang menyeberangi sungai dan dipanah oleh pasukan Islam hingga
air sungai menjadi merah. Pasukan Farsi kalah telak, dari 200.000 tentaranya
hanya sebahagian kecil saja yang dapat menyelamatkan diri.

Umat Islam lega. Kemudian mereka mengumpulkan tentara Islam yang gugur.
Ternyata yang mati syahid di medan Kadisia itu berjumlah lebih kurang 7.000
orang. Dari 7.000 orang syuhada itu terbujur empat orang anak Khansa.
Seketika itu juga tentara Islam datang menemui Khansa memberitahukan bahwa
keempat anaknya telah menemui syahid. Al-Khansa menerima berita itu dengan
tenang, gembira dan hati tidak goyah. Al-Khansa terus memuji Allah dengan
ucapan, "Segala puji bagi Allah, yang telah memuliakanku dengan mensyahidkan
mereka, dan aku mengharapkan dari Tuhanku, agar Dia mengumpulkan aku dengan
mereka di tempat tinggal yang kekal dengan rahmat-Nya!".

Al-Khansa kembali ke Madinah bersama para prajurit yang masih hidup dengan
meninggalkan mayat-mayat puteranya di medan pertempuran Kadisia. Dari
peristiwa peperangan itu pula wanita penyair ini mendapat gelar kehormatan
'Ummu syuhada yang artinya ibu dari orang-orang yang mati syahid.
Repsoted by Agus Prast on www.filishtiner.blogspot.com

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

The iRreVersible : Don't let your voice echoes only in your backyard. "In matters of style, swim with the current; in matters of principles, stand like a rock."