Wednesday, December 24, 2008

Detik -Detik Menjelang Wafatnya Rasulullah SAW

Detik – Detik Terakhir
Tibalah detik – detik terakhir dari hidup beliau. Aisyah menarik tubuh beliau ke pangkuannya. Tentang hal ini dia pernah berkata, "Sesungguhnya di antara nikmat Allah yang dilimpahkan kepadaku, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meninggal dunia di rumahku, pada hari giliranku, berada dalam rengkuhan dadaku, bahwa Allah menyatukan antara ludahku dan ludah beliau saat wafat."
Abdurrahman bin Abu Bakar masuk sambil memegang siwak. Saat itu aku merengkuh tubuh beliau. Kulihat beliau melirik ke siwak di tangan Abdurrahman. Karena aku tahu beliau amat suka kepada siwak, maka aku bertanya, "Apakah aku boleh mengambil siwak itu untuk engkau?"
Beliau mengiyakan dengan isyarat kepala. Maka aku menyerahkannya kepada beliau dan menggosokkannya ke mulut beliau. Rupanya gosokanku terlalu keras bagi beliau. Aku bertanya, "Apakah aku harus memelankannya?"
Beliau mengiyakan dengan isyarat kepala. Maka aku menggosok dengan pelan – pelan sekali. Di dekat tangan beliau saat itu ada bejana berisi air. Beliau mencelupkan kedua tangan ke dalam air lalu mengusapkannya ke wajah, sambil bersabda, "Tiada Illah selain Allah. Sesungguhnya kematian itu ada sekaratnya."
Seusai bersiwak beliau mengangkat tangan atau jari – jari, mengarahkan pandangan ke arah langit – langit rumah dan kedua bibir beliau bergerak – gerak. Aisyah masih sempat mendengar sabda beliau pada saat - saat itu, "Bersama orang – orang yang engkau beri nikmat atas mereka dari para nabi, shadiqqin, syuhada, dan shalihin. Ya Allah, ampunilah dosaku dan rahmatilah aku. Pertemukanlah aku dengan Kekasih Yang Mahatinggi ya Allah, Kekasih yang Mahatinggi."
Kalimat yang terakhir ini diulang sampai tiga kali yang disusul dengan tangan beliau yang melemah. Inna Lillahi wa inna ilaihi raji'un. Beliau telah berpulang Kepada Kekasih Yang Mahatinggi.
Hal ini terjadi selagi waktu dhuha sudah terasa panas, pada hari Senin tanggal 12 Rabi'ul Awwal 11 H, dalam usia 63 tahun lebih empat hari.

(Sumber : Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyyurrahman. Sirah Nabawiyah, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007)

Menjelang Wafat
Ketika maut menjelang Rasulullah SAW. Aisyah merebahkan beliau di pangkuannya. Aisyah berkata, "Di antara nikmat Allah yang dikaruniakan-Nya kepadaku ialah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat di rumahku, pada hari giliranku, dalam keadaan bersandar di dadaku. Dan menjelang wafatnya itu, Allah telah menyatukan air liur kami."
Ketika Rasulullah SAW. bersandar ke tubuhku, Abdurrahman bin Abu Bakar masuk dengan siwak di tangannya. Aku melihat Rasulullah SAW. memandang ke arah siwak yang berada di tangan Abdurrahman. Aku tahu betul bahwa beliau sangat gemar bersiwak. Ku tanyakan kepada beliau, "Engkau mau bersiwak?"
Beliau lalu menggerakkan kepalanya mengisyaratkan iya. Aku menggosok gigi Rasulullah SAW. dengan siwak, akan tetapi beliau merasa kesakitan. "Aku akan melembutkannya untukmu", ujarku yang disambut oleh beliau dengan anggukan kepala. Aku melembutkan siwak tersebut lantas menggosokkannya lagi ke gigi Rasulullah SAW. -dalam riwayat lain Rasulullah SAW. menggosok giginya dengan siwak itu dengan cara menggosok gigi yang terbaik. Di depan beliau terdapat bejana dari kulit berisi air. Rasulullah SAW. mencelupkan tangan ke air lalu menyapunya ke muka beliau, seraya mengucapkan, "Laa ilaha illallah. Maut sesungguhnya memiliki sekarat." (HR. Bukhari)
Selesai bersiwak, Rasulullah SAW. menatap ke arah langit – langit sebari mengangkat tangan dan bibir beliau bergerak. Melihat hal itu, segera Aisyah mendekatkan telinganya ke mulut beliau. Saat itu mendengar Rasulullah SAW. mengatakan, "...bersama - sama dengan orang – orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, yaitu para anbiya, shadiqqin, para syuhada, dan orang - orang yang shaleh. Ya Allah, ampunkan aku, sayangi aku dan antarkan aku ke ar-Rafiqul-A'la. Allahummar-Rafiqul-A'laa." Kalimat yang terakhir beliau ucapkan sampai tiga kali, dan pada menit berikutnya tangannya menjadi lunglai. Dan Rasulullah SAW. pun pergi menghadap ar-Rafiqul-A'laa. (HR.Bukhari)
(Sumber : Mahmud al-Humawi, Zuhair. Washaaya wa 'Izhaat Qiilat fi Aakhiril-Hayaat / Wasiat – wasiat akhir hayat dari Rasulullah, Abu Bakar dll, Jakarta : Gema Insani Press, 2003)

Berpulang ke rahmatullah
Dalam hal ini beberapa sumber masih sangat berlain-lainan sekali keterangannya. Sebagian besar menyebutkan bahwa pada hari musim panas yang terjadi di seluruh semenanjung itu - 8 Juni 632 - ia minta disediakan sebuah bejana berisi air dingin dan dengan meletakkan tangan ke dalam bejana itu ia mengusapkan air ke wajahnya; dan bahwa ada seorang laki-laki dari keluarga Abu Bakr datang ke tempat Aisyah dengan sebatang siwak di tangannya. Muhammad memandangnya demikian rupa, yang menunjukkan bahwa ia menginginkannya. Oleh Aisyah benda yang di tangan kerabatnya itu diambilnya, dan setelah dikunyah (ujungnya) sampai lunak diberikannya kepada Nabi. Kemudian dengan itu ia menggosok dan membersihkan giginya. Sementara ia sedang dalam sakratulmaut, ia menghadapkan diri kepada Allah sambil berdoa, "Allahumma ya Allah! Tolonglah aku dalam sakratulmaut ini."
Aisyah berkata - yang pada waktu itu kepala Nabi berada di pangkuannya, "Terasa olehku Rasulullah s.a.w. sudah memberat di pangkuanku. Kuperhatikan air mukanya, ternyata pandangannya menatap ke atas seraya berkata, "Ya Handai Tertinggi [7] dari surga."
"Kataku, 'Engkau telah dipilih maka engkau pun telah memilih. Demi Yang mengutusmu dengan Kebenaran.' Maka Rasulullah pun berpulang sambil bersandar antara dada [8] dan leherku dan dalam giliranku. Aku pun tiada menganiaya orang lain. Dalam kurangnya pengalamanku [9] dan usiaku yang masih muda, Rasulullah s.a.w. berpulang ketika ia di pangkuanku. Kemudian kuletakkan kepalanya di atas bantal, aku berdiri dan bersama-sama wanita-wanita lain aku memukul-mukul mukaku."
Catatan kaki:

[2] Siwak, batang kayu kecil dengan dilunakkan ujungnya dipakai menggosok dan membersihkan gigi (A)
[3] Bandingkan: Al-Kasysyaf oleh Zamakhsyari (jilid 2 p. 117) dalam menafsirkan Surah Hud ayat 112 (11 : 112) dan Mufradat Raghib, sub verbo "dzall" (A).
[4] Ahida ila, berarti 'berwasiat' (N), atau 'berpesan' (A).
[5] Tayawaza 'an yakni 'afa 'an (N), 'memaafkan' (A).
[6] Aslinya "Ya Nabiullah' (A)
[7] Ar-Rafiq'-A'la pada umumnya ahli-ahli filologi mengartikan kata rafiq ini, dengan 'handai taulan;' 'yang lemah-lembut;' 'teman seperjalanan;' 'kawan hidup, suami atau isteri' (LA). Dalam istilah Hadis: rafiq berarti 'para nabi yang menempati tempat tertinggi,' untuk jamak dan tunggal (N); kata rafiq dalam Qur'an (4: 691 berarti 'teman seperjalanan' (N) dan rafiq dalam doa di atas ada yang mengartikan 'Tuhan' yakni 'Yang lemah-lembut kepada hambaNya' (N). Berarti 'teman' dalam surga, (Qur'an, 4:69) demõkian sebagian besar ahli-ahli tafsir Qur'an. Dalam terjemahan ini dengan kira-kira dipergunakan kata 'Handai Tertinggi' (A).
[8] Sahr 'berarti paru-paru, yakni ia meninggal sedang bersandar di dadanya yang menjurus ke paru-paru' {N) (A).
[9] Safah, harfiah: kebodohan (A).

(Sumber : Haekal, Muhammad Husain. Sejarah Hidup Nabi Muhammad (SAW))

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

The iRreVersible : Don't let your voice echoes only in your backyard. "In matters of style, swim with the current; in matters of principles, stand like a rock."